Ilustrasi gambar anak bosan belajar

Waspadai Kebosanan pada Anak agar Tak Memicu Kekerasan dan Kriminalitas

Malam itu hujan rintik-rintik menemani dinginnya suasana di asrama sebuah sekolah. Jam menunjukkan pukul 21.30, ketika pintu aula asrama diketuk dengan ketukan yang tegas. Para pembimbing memanggil seluruh penghuni untuk berkumpul.

“Razia dadakan,” ujar Bu Indah, kepala asrama, dengan suara yang penuh wibawa.

Para penghuni asrama, dari kelas 7 hingga kelas 9 tegang. Mereka berbisik-bisik di bawah naungan lampu aula. Ada yang panik, ada pula yang tampak santai seolah tidak merasa bersalah.

Bu Indah memberikan instruksi tegas, “Kami akan memeriksa setiap lemari dan barang pribadi Ananda. Jika ada yang menyembunyikan sesuatu yang bersifat melanggar, lebih baik mengaku dari sekarang.”

Tak ada yang bersuara, semua diam. Setelah beberapa saat, para pembimbing mulai bergerak ke kamar-kamar. Memeriksa lemari anak satu per satu.

Di kamar kelas 9, Bu Indah membuka satu per satu lemari. Di dalam lemari milik Dafa, ditemukan sebungkus rokok Surja yang disembunyikan di balik tumpukan pakaian. Wajah Dafa pucat pasi.

“Itu… bukan punya saya, Bu,” katanya terbata-bata. Namun, pandangan matanya yang gelisah tak mampu menyembunyikan kebenaran.

Sementara itu, di kamar kelas 8, Pak Arman, salah satu pembimbing, menemukan situasi serupa. Di lemari milik Riza, ditemukan beberapa batang rokok yang disembunyikan dalam kaleng bekas biskuit. Riza mencoba berdalih, “Saya cuma dapat titipan, Pak. Itu bukan punya saya.” Tapi alasan itu terasa basi.

Setelah razia selesai, Bu Indah memanggil Dafa dan Riza ke ruang pembimbing. “Kalian tahu aturan di sini. Rokok dilarang keras, apalagi menyembunyikannya seperti ini. Kami akan menghubungi orang tua kalian,” tegasnya.

Dafa dan Riza menunduk, tak mampu berkata-kata. Ada rasa malu, takut, dan penyesalan yang bercampur di benak mereka berdua.

Esok harinya, berita tentang razia dan temuan rokok tersebar luas di asrama dan sekolah. Bagi yang lain, kejadian ini menjadi peringatan keras bahwa aturan harus dipatuhi. Bagi Dafa dan Riza, ini adalah pelajaran pahit yang tak akan mereka lupakan.

Setelah diusut, Dafa dan Riza ternyata pengedar rokok di asrama. Mereka pun memperjualbelikan rokok di asrama dan sekolah. Alasan mereka melanggar karena merasa bosan di asrama.

Kebosanan adalah tantangan serius yang dapat memengaruhi perilaku anak, baik di rumah maupun di sekolah. Ketika anak tidak memiliki aktivitas yang menarik atau konstruktif, mereka cenderung melampiaskan energi melalui perilaku negatif.

Di rumah, kebosanan dapat menyebabkan tindakan agresif terhadap saudara atau orang tua, seperti kasus MAS Lebak Bulus Jakarta Selatan baru-bru ini. Ia menjadi anak yang bersinggungan dengan hukum pidana. Kebosanan belajar, memicu MAS melakukan tindak kriminalitas hukum berupa penghilangan nyawa Ayahnya, Neneknya, dan Ibunya harus mendapat perawatan rumah sakit akibat luka bacok oleh MAS.

Sementara itu, di sekolah, kebosanan berisiko memicu kenakalan seperti perundungan, bullying dengan menyebut teman bencong bila tak mau merokok atau melakukan kerusakan fasilitas.

Situasi ini dapat diperburuk oleh kurangnya perhatian dari orang tua di rumah, guru di sekolah, pengasuh di asrama. Apalagi bila ada pola asuh yang otoriter, atau lingkungan sekolah yang monoton. Terjadilah anak bosan. Merekapun sampai inisiatif menjual rokok.

Anak sangat membutuhkan stimulasi berupa kegiatan kreatif dan dukungan emosional. Program yang melibatkan seni, olahraga, atau permainan edukatif dapat menjadi solusi dalam mengatasi kebosanan mereka. Orang tua, guru pengasuh, dan guru di sekolah harus bekerja sama menciptakan lingkungan yang mendukung eksplorasi positif untuk mencegah kebosanan berkembang menjadi perilaku destruktif.

Dengan pendekatan yang tepat, kebosanan dapat dikelola sehingga anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang sehat baik secara mental maupun emosional.

Untuk mencegah kebosanan berkembang menjadi perilaku negatif, penting membahas upaya-upaya secara rinci:

1. Di Rumah:

Orang tua dapat memberikan aktivitas kreatif yang sesuai dengan minat anak, seperti basket, karate, Voli, tenis meja, seni, memasak, atau berkebun. Sesuai hobi, minat, atau bakat mereka.

Selain itu, melibatkan anak dalam tugas rumah tangga secara menyenangkan dapat membangun rasa tanggung jawab sekaligus menghilangkan kebosanan. Misal mencuci, menjemur kain, memasak, menyapu, dan berkebun.

Pendekatan itu juga memperkuat hubungan emosional antara orang tua dan anak melalui dialog yang sehat ketika beraktivitas..

2. Di Sekolah:

Guru dapat memperbaiki metode pembelajaran dengan cara yang lebih interaktif, seperti simulasi, diskusi kelompok, atau eksperimen. Kegiatan ekstrakurikuler juga dapat menjadi sarana anak menyalurkan energi dan minat mereka secara positif.

Untuk menciptakan pembelajaran yang lebih menarik, guru dapat mengadopsi metode interaktif seperti simulasi peran dalam pelajaran sejarah, diskusi kelompok untuk membahas kasus-kasus nyata dalam pelajaran sosial PIK Remaja (Pusat Informasi dan Konseling Remaja, atau eksperimen sederhana dalam sains untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa.

Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler seperti klub debat, olahraga, atau seni dapat menjadi wadah bagi siswa untuk menyalurkan energi dan mengembangkan minat mereka, sehingga mendukung pembelajaran formal di kelas dan membangun keterampilan tambahan secara positif.

4. Di Asrama

Untuk anak kelas 7-9, pendekatan pembelajaran yang menyenangkan dan relevan sangat penting untuk menjaga minat mereka. Kegiatan seperti belajar kelompok, permainan edukatif, atau proyek kreatif bisa menjadi cara efektif untuk menggabungkan pembelajaran dengan aktivitas yang menyenangkan.

Selain itu, pembimbing asrama haruslah melek dan kreatif. Ia harus dapat mengatur waktu belajar siswa di asrama yang fleksibel, dengan memberi mereka kesempatan untuk bekerja secara mandiri maupun dalam kelompok kecil. Mereka harus ditemani dan sesekali diberikan hiburan berupa aktivitas fisik. Misal bertepuk tangan. Lari di tempat sambil bertepuk.

Di usia ini, kegiatan ekstrakurikuler yang melibatkan olahraga, seni, atau teknologi juga penting untuk mengembangkan keterampilan sosial dan fisik siswa. Asrama bisa menjadi tempat yang baik untuk mengasah keterampilan kepemimpinan, kerja sama, serta memberikan mereka ruang untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka. Sekali seminggu diajak maraton bersama.

3. Kolaborasi Antara Orang Tua dan Guru tertap

Penting adanya komunikasi TVTOGEL yang baik antara kedua pihak untuk memastikan anak mendapatkan stimulasi dan dukungan baik di rumah, di asrama, maupun di sekolah. Bersama-sama orang tua, guru, dan pengasuh asrama bisa menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan penuh dengan aktivitas bermakna bagi siswa.

Dengan penerapan langkah-langkah tersebut, anak-anak dapat tumbuh dalam lingkungan yang kondusif bagi perkembangan mental, emosional, dan sosial mereka. Kebosanan sebagai Pemicu Kekerasan dan Kriminalitas pada Anak di Rumah, di asrama, dan di Sekolah Dapat Diantisipasi.

Razia Malam Kedua

Razia malam kedua di asrama memang sudah diperingatkan sebelumnya. Namun, malam itu, sepuluh anak kelas 9 yang merasa jenuh dengan rutinitas asrama memutuskan untuk kabur. Tanpa sepengetahuan pengasuh, mereka berbisik-bisik merencanakan untuk pergi ke pasar.

Malam semakin larut, tapi suasana di pasar masih ramai. Mereka tertawa lepas, menikmati kebebasan, jauh dari aturan yang membatasi. Tak lama, mereka membeli camilan dan berkeliling. Tapi kegembiraan itu tak berlangsung lama.

Ketika mereka kembali ke asrama, sebuah mobil patroli datang dan para pengasuh sudah menunggu di gerbang. “Ke mana saja kalian?” tanya salah satu pengasuh dengan tatapan tajam.

Mereka hanya bisa menunduk, sadar bahwa kebebasan sementara itu harus dibayar dengan konsekuensi. Orangtua mereka pun dipanggil. Mereka diberi kebebasan belajar di sekolah dan asrama.

Mereka pulang tanpa membawa ijazah lulus bagi yang sudah mencapai poin 100. Bagi yang poinnya di bawah 100 diberi sanksi skorsing. Diberi kesempatan untuk berubah satu periode lagi sesuai peraturan sekolah. Mewaspadai kebosanan pada anak tanggung jawab kita bersama.